Bagi sebagian orang, bulan Desember adalah salah satu momen paling dinantikan karena seluruh umat kristiani merayakan Natal; hari ketika seluruh umat Tuhan memperingati kelahiran Yesus Kristus. Ada banyak perayaan ibadah Natal di mana-mana, bahkan sebelum bulan Desember pun, di sepanjang jalan sudah banyak pedagang menjual pernak-pernik Natal. Semuanya itu adalah untuk menyambut hari Natal yang bahagia itu, bahkan nyanyian Natal telah berkumandang di pusat-pusat perbelanjaan dan pusat kota pada umumnya.
Namun, bagi orang-orang tertentu, bulan Desember bisa saja menjadi masa yang suram. Kemeriahan Natal bisa saja tidak bisa mengubah berbagai situasi yang dihadapi orang-orang tertentu. Sebab, ada banyak orang juga yang tidak bisa merayakan hari Natal, apalagi untuk berkumpul dengan keluarga. Bagi keluarga tertentu, misalnya yang masih dalam kemiskinan, Natal tidak dirasakan menjadi sebuah kebahagiaan bagi mereka. Lebih menyedihkan lagi, bila pada masa Natal ini, ada seseorang yang sedang menantikan vonis hukuman atas perbuatannya, atau karena keadaan-keadaan lainnya yang memprihatinkan.
Dengan berbagai kondisi tersebut, apakah makna Natal akan berubah dengan atau tanpa perayaan yang besar? Apakah makna Natal akan berubah jika kita tidak dapat merayakannya bersama keluarga kita? Seandainya hal-hal di atas tidak ditemui dalam Natal kita tahun ini, masihkah iman kita tetap ada di dalam Kristus? Masih adakah sukacita di dalam hati kita? Masihkah kita bersekutu dengan Tuhan dan bertumbuh dalam Tuhan pada Natal ini? Sebab, Natal akan sangat berdampak bagi iman kita apabila kita telah mengerti makna Natal yang sesungguhnya. Sebagai orang-orang Kristen yang sejati, kita mengetahui bahwa perayaan Natal adalah peringatan hari kelahiran Tuhan kita, Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk memberikan keselamatan dan hidup yang sejati. Orang yang percaya kepada Kristus adalah orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kelahiran Kristus ke dunia ini juga harus kita maknai dengan penuh iman kepada-Nya (Matius 1:21). Ada beberapa alasan mengapa perayaan Natal harus menjadi iman bagi orang percaya sehingga peristiwa kelahiran Kristus, yang kita rayakan sebagai perayaan Natal, menjadi sebuah peristiwa penting dalam iman kita kepada Yesus Kristus.
1. Natal adalah Bukti Cinta Kasih Tuhan kepada Umat-Nya
Kelahiran Yesus Kristus adalah bukti cinta kasih Tuhan kepada umat-Nya (Yohanes 3:16). Ayat tersebut mengungkapkan isi hati dan tujuan Allah, bahwa kasih Allah cukup luas untuk menjangkau semua orang, yaitu "dunia ini". Allah "mengaruniakan" Anak-Nya sebagai kurban penghapus dosa di atas kayu salib. Langkah pendamaian yang mengalir dari hati Allah sendiri yang penuh kasih dan kurban Kristus itu bukanlah suatu tindakan yang terpaksa dilakukan oleh Allah. Tuhan Yesus Kristus lahir ke dunia untuk melepaskan manusia dari belenggu apa pun yang sedang menjerat hidupnya. Dosa telah ditanggung-Nya demi manusia agar kita hidup menjadi orang-orang yang merdeka dan tidak diperhamba oleh dosa. Keselamatan dan hidup kekal merupakan anugerah Allah. Anugerah yang sangat berharga. Anugerah tersebut tidak dapat dibeli dengan apa pun, juga tidak dapat dicapai dengan kemampuan manusia. Hidup kekal adalah anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Melalui penebusan yang disediakan Allah di dalam Anak-Nya, kita dapat menghampiri-Nya untuk menerima kasih, kemurahan, kasih karunia, dan pertolongan-Nya pada waktunya. Dengan pengorbanan dan kematian Yesus Kristus, Ia mengubah dan membebaskan kita dari dosa. Sebab, Allah telah menetapkan kasih-Nya sejak semula, yaitu untuk membentuk dan memperbaiki hubungan dengan umat-Nya melalui kurban Yesus Kristus yang telah menebus dosa kita di atas kayu salib (Roma 3:24-26).
2. Natal Membawa Sukacita Besar
Sepanjang sejarah kekristenan, peristiwa kelahiran Tuhan Yesus Kristus adalah sukacita terbesar dan selalu menjadi momen yang abadi bagi umat manusia. Kelahiran Yesus lebih dari 2000 tahun lalu membawa sukacita bagi para malaikat, para gembala, dan tiga raja dari timur, yang kemudian bergegas menyambut-Nya dengan cara mereka sendiri. Kelahiran Yesus Kristus seharusnya juga menjadi sukacita yang tidak berkesudahan bagi umat Tuhan saat ini. Mengapa demikian? Sebab, kedatangan-Nya telah memberi hidup kekal yang tidak dapat dijamin oleh keyakinan apa pun. Hidup kekal adalah anugerah Allah dalam Yesus Kristus Tuhan kita (Yohanes 3:36). Hal inilah yang seharusnya menjadi dasar agar setiap orang percaya tetap bersuka. Perayaan Natal adalah sukacita abadi yang tak tergantikan oleh apa pun. Memperingati hari Natal bersama keluarga atau orang-orang yang kita kasihi memang menjadi suatu momen yang sangat baik jika mampu dirasakan secara bersama-sama. Namun, sekalipun mungkin kita tidak dapat berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Natal, hal itu tidak membuat sukacita kita berkurang di hadapan Tuhan, kehadiran Kristus secara pribadi dalam hidup kita adalah sukacita yang sejati. Perayaan Natal akan menjadi lebih berarti bagi iman Kristen apabila setiap orang percaya mampu mengalami Kristus secara pribadi di dalam hidupnya.
3. Natal Merupakan Persekutuan dengan Tuhan
Kelahiran Yesus yang kita rayakan saat ini adalah sebuah kabar sukacita di tengah-tengah dunia yang keras dan kejam. Di dalamnya, kita merayakan persekutuan dengan Tuhan yang datang kepada kita dan memberi arti bagi hidup kita. Manusia bersekutu dengan Allah dan Dialah sumber hidup kita. Tuhan Yesus menggambarkan hubungan-Nya dengan jemaat seperti pokok anggur dan ranting-rantingnya (Yohanes 15:5). Orang yang bertumbuh di dalam Tuhan adalah orang yang hidup dengan Allah dan hidup dalam terang (1 Yohanes 1:5-7). Bertumbuh di dalam Tuhan juga berarti bahwa seseorang hidup dalam ketaatan terhadap perintah Allah (1 Yohanes 2:3-7), terutama perintah untuk mengasihi, serta hidup di dalam kebenaran Firman. Dalam momen Natal yang sangat dinantikan ini, kita memaknai hari Natal untuk merenungkan kembali pertumbuhan iman kita di dalam Tuhan agar kelak kita dapat melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus; sebagai pemberita kebenaran akan karya penebusan dan hidup yang kekal (1 Yohanes 2:22-25).
4. Natal Membuat Kita Bertumbuh di Dalam Tuhan
Kelahiran Yesus ke dalam dunia ini adalah sama seperti kelahiran manusia pada umumnya. Peristiwa kelahiran Yesus di dalam hidup manusia juga merupakan momen awal baginya untuk kemudian tumbuh menjadi seorang Kristen yang dewasa. Setiap orang yang ingin bertumbuh di dalam Tuhan harus melekat kepada Tuhan. Ranting-ranting harus tetap tinggal di dalam pokoknya kalau mau hidup, bertumbuh, dan berbuah (Yohanes 15:1-7). Adanya hubungan itu harus diwujudkan secara nyata dalam perbuatan kasih kepada sesama dan ciptaan Tuhan lainnya. Dengan perayaan Natal yang sangat berharga ini, kita sebagai umat Tuhan harus saling mengasihi. Bentuk-bentuk lahiriah dari kasih harus nyata dalam kehidupan sehari-hari, tanpa membuat perbedaan dalam keluarga, lingkungan kerja, dan bentuk interaksi sosial lainnya. Natal adalah momen untuk perubahan dan peneguhan atas komitmen kita sebagai pengikut Kristus untuk mencintai sesama dalam suka dan senang, serta peneguhan panggilan kita sebagai orang-orang yang dipercayakan Tuhan mengelola dan merawat ciptaan-Nya. Ia harus menyadari apa sebenarnya panggilan hidup-Nya sebagai utusan Allah. Orang-orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat harus bertumbuh di dalam Tuhan hingga menjadi orang Kristen yang dewasa.
5. Natal Membawa Hidup yang Penuh Kelimpahan
Tuhan Yesus dalam kitab Yohanes memberitahukan bahwa kedatangan-Nya ke dunia ini adalah untuk memberi hidup, bahkan hidup yang Ia berikan adalah hidup yang penuh dengan kelimpahan. Kita menyadari bahwa kelahiran Yesus Kristus di dalam hidup kita adalah pemberian anugerah keselamatan dan hidup yang berkelimpahan. Hidup yang berkelimpahan di dalam Tuhan itu ada di dalam kehidupan orang percaya yang sejalan dengan firman Tuhan. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5) Jika hati dan pikiran kita dikuasai oleh Roh Kudus dan sesuai dengan pikiran Kristus, maka "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7) Sebagai orang percaya, kita tidak boleh kehilangan makna Natal yang sesungguhnya. Jangan sampai Natal kita hanya berfokus pada hal-hal yang sifatnya seremonial semata. Jika kondisi tersebut terjadi dalam hidup orang percaya, sesungguhnya kita telah terancam kehilangan makna Natal sehingga Natal bisa menjadi momen yang berlalu begitu saja tanpa ada pesan Natal bagi iman dan hidup kita secara pribadi. Tuhan memang tidak menghendaki supaya kita mengurangi kebahagiaan di hari Natal, Dia sendiri telah "memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati" (1 Timotius 6:17), termasuk merayakan hari Natal dengan bahagia. Akan tetapi, Dia juga menghendaki agar makna Natal itu berdampak bagi iman kita, agar kita semakin beriman kepada Kristus sebagai Penebus kita, memiliki persekutuan dengan Allah, serta bertumbuh di dalam Tuhan dan memiliki hidup yang berkelimpahan. Dengan demikian, perayaan Natal lebih berarti pada tahun ini dan pada tahun-tahun mendatang. Selamat merayakan sukacita Natal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar