Jumat, 24 November 2017

Baju adat sul-sel

 Baju Adat Sulawesi Selatan, Nama, Penjelasan dan Gambarnya | TradisiKita -  Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota provinsinya terletak di Makassar merupakan provinsi yang berada terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.

Provinsi Sulawesi Selatan dihuni oleh penduduk dari beberapa ethnis atau suku, yaitu Bugis (41,9%), Makassar (25,43%), Toraja (9,02%), Mandar (6,1%) dan sisanya merupakan suku adat Duri, Pattinjo, Bone, Maiwa, Endekan, Pattae, Kajang/Konjo serta penduduk pendatang dari pulau lain di Indonesia.

Suku/ethnis yang ada di Sulawesi Selatan, memiliki keragaman budaya dan adat istiadanya. Diantaranya adalah baju adat. Pada kesempatan ini, kita akan mengenal beberapa baju adat Sulawesi Selatan lengkap dengan gambar dan penjelasannya.

Baju Adat Sulawesi Selatan


Seperti yang sudah kami sampaikan diatas, bahwa masing-masing suku adat di Sulawesi Selatan memiliki keragaman baju adat yang menjadi ciri khas dan ikon baju adat Sulawesi Selatan. Berikut ini beberapa baju adat Sulawesi Selatan yang bisa kami sampaikan :

1. Baju Bodo (Baju Adat Wanita Suku Bugis)


Baju Bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku Bugis Makassar, Sulawesi, dan Bugis Pagatan, Kalimantan, Indonesia. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.

Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Dulu, baju bodo bisa dipakai tanpa penutup payudara. Hal ini sudah sempat diperhatikan James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 saat dia mengunjungi istana Bone. Perempuan Bugis mengenakan pakaian sederhana. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada.[2] Cara memakai baju bodo ini masih berlaku pada tahun sampai tahun 1930-an.


Menurut adat Bugis, warna baju bodo yang dikenakan akan menunjukan usia dan martabat si Pemakainya.
WarnaArti
Jinggadipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun.
Jingga dan merahdipakai oleh gadis berumur 10-14 tahun.
Merahdipakai oleh perempuan berumur 17-25 tahun.
Putihdipakai oleh para pembantu dan dukun.
Hijaudipakai oleh perempuan bangsawan.
Ungudipakai oleh para janda.
Baju Bodo ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu agung

2. Jas Tutu (Baju Adat Pria Suku Bugis)

Jika pakaian adat wanita disebut Baju Bodo, pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pria disebut dengan Jas Tutu.

Pakaian adat yang dikenakan khusus pria suku Bugis-Makassar tak hanya berupa jas tutu. Mengenakannya biasanya berpasangan dengan celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok.

Jas tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta diberi kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Sementara, kain lipa sabbe atau lipa garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, seperti merah dan hijau.


3. Busana Pattuqduq Towaine (Baju wanita Khas Mandar)

Baju adat Sulawesi Selatan yang disebut Pattuqduq Towaine merupakan baju adat suku Mandar. Busana yang dipakai Pattuqdu Towaine itu mencerminkan busana yang dipakai oleh perempuan mandar pada umumnya.

Baju adat Sulawesi Selatan ini dikenakan oleh wanita mandar pada saat perkawinan dan pada saat menari pattiqtuq. Busana pattuqdu itu ( belum masuk baju pokko dan Sarung sutra khas mandar )yang digunakan untuk menari terdiri dari 18 potong, sedangkan Busana untuk orang yang menikah adalah 24 potong.

Busana Puttuqduq terdiri dari baju Rawang Boko atau bisa juga Baju Pokkoq, Lipaq Saqbe Mandar dan beberapa motif sarung tenun mandar lainnya seperti Lipaq Aqdi Diratte, Lipaq Aqdi Diratte Duattodong, serta hiasan kepala, badan dan tangan yang mencerminkan budaya Mandar.


Busana pria Mandar lebih sederhana karena hanya terdiri dari baju jas tutup terbuat dari bahan sutera bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah. Paduannya kain sarung tenun Mandar atau seringkali ada yang memakai celana panjang kemuidian ditutup dengan sarung hingga sebatas lutut. Untuk penututp kepala, pria Mandar menggunakan kopiah atau lazim disebut songkok tobone dengan warna yang serasi antara baju bagian atas dengan jas atau sarungnya.

Pria Mandar melengkapi busananya dengan melekatkan rantai emas yang diberi liontin atau medalion dari taring macan bahkan bisa juga terbuat dari taji ayam. Hiasan tersebut diselipkan sebagian di saku jas tutupnya dan sebagian lagi dibiarkan menjuntai ke luar. Alas kaki yang dipakai biasanya sepatu pantovel atau sandal yang dibuat dari kulit.



4. Baju Pokko

Baju Pokko merupakan baju adat Toraja untuk wanita. Baju adat Sulawesi Selatan yang satu ini adalah baju dengan lengan pendek dengan dominasi warna kuning, merah dan putih.

Masyarakat Tana Toraja sendiri masih melestarikan pakaian adatnya dengan cara mewajibkan seluruh PNS di Kabupaten Tana Toraja untuk menggunakan baju pokko setiap hari Sabtu. Untuk PNS pria juga diwajibkan untuk menggunakan seppa tallung buku setiap hari Sabtu.

5. Baju Seppa Tallung Buku

Seppa Tallung merupakan baju adat Sulawesi Selatan yaitu dari suku Toraja. Pakaian adat Toraja ini merupakan pakaian yang panjangnya sampai lutut. Sepa Tallung Buku adalah pakaian adat toraja yang digunakan oleh laki-laki. Dilengkapi dengan aksesoris lainnya seperti kandaure, gayang, lipa’, dll.

Pakaian ini bahkan pernah menjadi perhatian dunia dalam ajang Manhunt International 2011 yang diadakan di Korea Selatan. Banyak pujian yang diberikan lewat beberapa media termasuk website yang membicarakan tentang pakaian adat yang digunakan oleh peserta dari Indonesia tersebut. Busana yang digunakan merupakan modifikasi dari pakaian seppa tallung buku dilengkapi sayap dan tanduk yang menggambarkan kebesaran dan keagungan dari salah satu kebudayaan Indonesia tersebut.


Demikian Sobat Tradisi, 5 Baju Adat Sulawesi Selatan, Nama, Penjelasan dan Gambarnya. Semoga informasi mengenai Baju Adat Sulawesi Selatan tadi bermanfaat bagi Sobat untuk menambah wawasan kebudayaan Bangsa Indonesia.

alat musik tradisional Toraja

Berbicara tentang Tana Toraja takkan ada habisnya. Objek wisatanya punya pemandangan menarik, tariannya beragam, upacara adatnya mengundang jutaan pasang mata untuk menghadirinya, benda-benda mistisnya membuat banyak orang penasaran dan masih banyak lagi. Alat musiknya pun ada beberapa macam diantaranya
1. Pa’karombi.
Bentuknya kecil dengan benang halus diletakkan di bibir dan tali disentak-sentak
[/caption]

2. Pa’pompang
Terdiri dari suling bambu dan bambu besar. Alat musik ini sering dibawakan anak kecil pada upacara adat maupun perayaan hari nasional
[/caption]

3. Pa’tulali
Alatnya dari bambu yang kecil yang ketika dimainkan akan mengeluarkan bunyi

4. Pa’pelle/Pabarrung
Terbuat dari batang padi dan disambung sehingga mirip terompet dengan daun enau yang besar. Biasanya dimainkan anak-anak di sawah saat menggembalakan ternak di sawah. Pa'barrung ini merupakan musik khusus pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti Ma'bua', Merok, Mangara

[Pa'pelle (dok:www.tanatorajasulawesiselatan.com]

5. Passuling
Serupa dengan suling dan dibawakan saat menyambut rombongan tamu pada acara kedukaan atau untuk menghibur diri di malam hari terutama di daerah pedesaan.
[/caption]
6. Pa’geso-geso'
Alat musik ini terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara khas.
[/caption]
 Bagi yang ingin melihat bagaimana indahnya permainan alat musik ini, silahkan datang  saat event Tahunan Lovely Desember di Tana Toraja. Ditunggu kedatangannya . 
Salama Kaboro'

Kamis, 23 November 2017

Destinasi Londa di Tana Toraja

Berada di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan adalah mimpi bagi setiap wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Nah tidak terasa lengkap bila kita sudah berada disini namun tidak menyempatkan berkunjung ke objek wisata kuburan Londa.
Terletak 7 KM dari selatan Kota Rantepao, objek wisata Londa ini berada di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Toraja Utara. Tak jauh dan tak susah bila ingin kesana, cukup menggunakan layanan jasa ojek, becak motor, mobil sewaan ataupun kendaraan pribadi dari Pusat Kota Rantepao. Kalau dari Kota Makassar sekitar 8-9 jam perjalanan dengan menggunakan bus ke Kabupaten yang mekar dari Tana Toraja ini.
Londa merupakan salah satu objek wisata dari sekian banyak objek wisata yang ada di toraja, baik toraja utara maupun di tana toraja. Londa sendiri adalah objek wisata tempat makam goa yang berada di sebuah bukit, di dalamnya juga berisi peti mati, tulang dan tengkorak jenazah yang sudah berumur ratusan tahun.
Ketika sampai dilokasi objek wisata, kita akan diperhadapkan dengan barisan patung kayu yang dikenal dengan nama Tau-Tau. Tau-tau merupakan patung dari jenazah yang dimakamkan di lokasi objek wisata Londa tersebut. 

Jejeran patung Tau-Tau © iwanmotret
Jejeran patung Tau-Tau © iwanmotret
Tak hanya tau-tau yang akan nampak di depan mata, di sekitar Tau-Tau akan tampak pula peti – peti jenazah (erong) yang disokong oleh kayu sebagai penahan sehingga peti-peti tersebut dapat berada di dinding bukit.
Peti mati atau yang disebut Erong adalah peti mati dari para bangsawan atau orang yang kedudukannya terhormat di masyarakat. Semakin tinggi letak atau posisi peti semakin tinggi pula posisi orang tersebut di dalam masyarakat. 
Peti Mati atau Erong ©iwanmotret
Peti Mati atau Erong ©iwanmotret
Menurut pemandu disana, bagi masyarakat toraja utara, orang yang telah wafat itu dapat membawa serta harta milik mereka dan juga untuk melindungi harta yang berada di peti tersebut. Sehingga itu alasannya mengapa letak peti-peti mati tersebut berada di tempat yang tinggi. Mereka juga percaya bahwa semakin tinggi letak peti tersebut maka semakin dekat pula perjalanan roh jenazah menuju alam nirwana.
Beranjak dari daerah Tau-Tau dan Erong, kita coba memasuki Goa dan melihat isi dalamnya seperti apa, namu terlebih dahulu saya coba memberi informasi mengenai kedalaman goa sendiri diperkirakan 900 hingga 1000 meter dan ketinggian tempat di beberapa bagian goa hanya berkisar 1 meter. Hal ini membuat kita sidikit membungkuk bila berjalan menyusuri kedalaman goa. 
Pintu masuk goa yang terdapat tengkorak kepala
Pintu masuk goa yang terdapat kepala tengkorak foto by iwanmotret
 Eitss, sebelum masuk kedalam Goa, baca do'a dulu ya, biar keluar dengan selamat sentosa. "hehehee." becanda guys.
Langsung saja, sebelum kita masuk ke dalam Goa, di dalam Goa itu gelap, tidak ada cahaya lampu listrik seperti dirumh-rumah kita, namun jangan pada kecewa, disana pengunjung bisa menyewa dan di haruskan memakai lampu penerang yang sudah disediakan di lokasi oleh jasa penyewa lampu sekaligus sebagai pemandu.
Pintu Masuk Goa Londa terdapat kepala tengkotak
Pintu Masuk Goa Londa terdapat tiga kepala tengkotak. foto by iwanmotret
 Tarif yang disediakan para pemandu tergantung kesepakatan bersama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kalau waktu saya berkunjung, tarif yang dikenakkan cukup murah karena berhubung kami sembilan orang adalah mahasiswa. Kami cukup membayar 50 ribu rupiah.
Sudah pada tidak sabaran ya, sebelum kita masuk harus diketahui dulu, para pengunjung itu tidak diperbolehkan menyentuh ataupun mengambil tulang dan tengkorak atau benda lain di dalam goa. Karena untuk proses pemindahan tulang-belulang itu ada proses adatnya, jadi kita hanya bisa menikmati dengan kasat mata atau mengabadikan dengan kamera.
Adapun beberapa gambar yang sempat saya abadikan di dalam Goa Londa, 
Kepala tengkorak yang berada di dinding atap Goa © iwanmotret
Kepala tengkorak yang berada di dinding atap Goa © iwanmotret
kepala tengkorak yang tersusun rapi di atap Goa © iwanmotret
kepala tengkorak yang tersusun rapi di atap Goa © iwanmotret
Empat Kepala tengkorak yang rapi berjejer menghiasi isi Goa © iwanmotret
Empat Kepala tengkorak yang rapi berjejer menghiasi isi Goa © iwanmotret
Sebuah peti yang sudah mulai rusak termakan usia © iwanmotret
Sebuah peti yang sudah rusak termakan usia © iwanmotret
Peti mati yang sudah mulai rusak termakan usia © iwanmotretPeti mati yang sudah mulai rusak termakan usia © iwanmotret


Selain peti yang sudah rusak dan mulai rusak, terdapat peti baru yang masih utuh © iwanmotret
Selain peti yang sudah rusak dan mulai rusak, terdapat peti baru yang masih utuh © iwanmotret
Menurut informasi pemandu yang membawa kita ke dalam Goa, di Objek Wisata Kuburan Londa ini, hanya Marga Tolengke yang bisa dikuburkan disini, diluar dari garis Marga Tolengke harus dikebumikan ditempat lain. Kuburan Londa ini juga merupakan kuburan keluarga terbesar di Toraja Utara. Selain itu Londa juga dikenal dengan kuburan gantung.
Romeo dan Juliet © iwanmotret
Romeo dan Juliet © iwanmotret
Dari keunikan dan banyaknya nilai-nilai sejarah yang saya dapatkan, ada satu cerita yang menarik yang terdapat di dalam Goa Londa. Di dalam Goa tersebut diceritakan terdapat dua tengkorak sepasang kekasih yang bunuh diri karena menjalin hubungan sepasang kekasih namun tidak direstui orang tuannya, hal ini dikarenakan keduanya masih terjalin hubungan persaudaraan.
Yang uniknya sepasang kekasih ini diberi nama Romeo dan Julietnya Toraja Utara. Ternyata tak hanya di luar sana kita kenal Romeo dan Juliet, memang kisah seperti ini dimanapun tidak mengenal agama, suku dan ras, tapi kalau sudah masalah cinta tak direstui, ujung-ujungnya pasti motonya sehidup semati.
Itulah artikel mengenal objek wisata londa di Toraja Utara, semoga artikel ini bermanfaat dan dapat dinikmati bagi pembaca yang tidak sempat datang dan menikmati keindahannya dan semoga bisa menikmatinya lewat sebuah tulisan dan bingkai foto.

Lolai Toraja Utara Sul-Sel

Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara

Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara6_20160602_195008.jpg
pengunjung yang memasang tenda menikmati malam di Puncak Kampung Lolai, Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, menikmati fajar pagi saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara_20160602_194405.jpg
Puncak Kampung Lolai yang indah dengan lanskap gumpalan awan yang disebut-sebut sebagai Negeri di Atas Awan yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara2_20160602_194421.jpg
Puncak Kampung Lolai yang indah dengan lanskap gumpalan awan yang disebut-sebut sebagai Negeri di Atas Awan yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara3_20160602_194555.jpg
Puncak Kampung Lolai yang indah dengan lanskap gumpalan awan yang disebut-sebut sebagai Negeri di Atas Awan yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara_20160602_194511.jpg
Puncak Kampung Lolai yang indah dengan lanskap gumpalan awan yang disebut-sebut sebagai Negeri di Atas Awan yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara5_20160602_194637.jpg
pengunjung yang berkemah di Puncak Kampung Lolai, Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, menikmati suasana pagi, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara6_20160602_195008.jpg
pengunjung yang memasang tenda menikmati malam di Puncak Kampung Lolai, Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, menikmati fajar pagi saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
Pesona Negeri di Atas Awan, di Kampung Lolai Toraja Utara - kampung-lolai-di-toraja-utara_20160602_194405.jpg
Puncak Kampung Lolai yang indah dengan lanskap gumpalan awan yang disebut-sebut sebagai Negeri di Atas Awan yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan melalui kamera tim Celebes Explore Tribun Timur, Selasa (31/5/2016).
RANTEPAO, TRIBUN - Mau liburan di sebuah tempat yang rasanya berada di “negeri lain” di atas awan? Cobalah ke Kabupaten Toraja Utara, Sulsel, tepatnya di Kampung Lolai, Kecamatan Kapalapitu.
Kampung ini memiliki gugusan pegunungan yang beberapa puncaknya bisa dijangkau dan saat berada di lokasi tersebut tersaji hamparan awan di sekeliling puncak pegunungan di Kampung Lolai tersebut.
Berada di puncak Lolai dengan hamparan awan yang terlihat lebih rendah dari puncak seolah kita berada negeri di atas awan. Gugusan awan putih yang dihiasi pancaran sinar matahari di balik awan menimbulkaan lanskap alam yang sangat indah di mata.
Beberapa rumah Tongkonan, rumah khas warga setempat juga berada di sekitar puncak Lolai. Deretan rumah Tongkonan di kampung ini dinamai Tongkonan Lempe.
Teras Tongkonan bisa ditempati pengunjung bersantai sambil memuaskan diri menikmati hamparan awan putih bersama segelas kopi Toraja yang disajikan warga penghuni rumah Tongkonan tersebut.
–– ADVERTISEMENT ––

Rumah Tongkonan milik warga kampung itu juga bisa disewa sebagai homestay wisatawan. Belum ada tarif khusus yang diatur karena Kampung Lolai “di atas awan” ini belum dikelola langsung pemerintah setempat.
Sewa rumah untuk menginap di kampung tersebut berdasarkan nego dan kesepakatan saja antar pengunjung dengan pemilik rumah. Biaya parkir dan jasa lainnya pun belum diberlakukan di kampung yang sejuk dan asri ini.
Namun, pengunjung juga bisa mendirikan tenda di puncak Lolai dan bermalam di tempat jika tak ingin melewatkan suasana siang dan malam di “negeri di atas awan” yang berada di ketinggian 1300 meter dari permukaan laut (mdpl).
Meski berada di pelosok, fasilitas listrik sudah masuk di Kampung Lolai sehingga pengunjung yang membawa gadget maupun perangkat elektronik bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan pengisian beterai (charge) maupun lainnya.
Ojek Rp 30 Ribu, Angkot Rp 20 Ribu
UNTUK berkunjung ke Kampung Lolai yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Rantepao, ibu kota Toraja Utara, pengunjung maupun wisatawan bisa mengaksesnya menggunakan kendaraan umum seperti pete-pete alias angkot maupun ojek.
Tarif angkot dari Rantepao ke Kampung Lolai sekitar Rp 20 ribu sekali antar sehingga kalau PP (pergi-pulang) sekitar Rp 40 ribu.
Sementara jika menggunakan jasa ojek, sekali antar sekitar Rp 30-40 ribu. Bisa pula menyewa mobil rental tapi tarifnya lebih mahal yaitu Rp 350 per hari.(*)
Lolai, Kampung di Atas Awan
-20 kilometer dari Rantepao, Toraja Utara
-tarif ojek Rp 30-Rp 40 ribu
-tarif angkot Rp 20 ribu
-rental mobil Rp 350 ribu per hari
-fasilitas: rumah tongkonan milik warga yang bisa disewa untuk menginap

SMA Kristen Barana'


SMA Kristen Barana kini patut diperhitungkan mengingat sekolah ini selangkah demi selangkah semakin menunjukkan kualitasnya semakin prima, dalam lingkup Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar tercatat memiliki 12 sekolah dengan kategori RSBI (ruang sekolah betaraf internasional), tiga sekolah telha di validasi yakni SMA Kristen Barana sendiri, SMAN 17 dan SMA Atira Makassar.

Sekolah yang terletak kurang lebih 2 km dari Ibukota Kabupaten Toraja Utara (Rantepao) ini mendayagunakan aspek keunggulan teknologi. Bahan pelajaran disuguhkan sedemiian rupa menggunakan LCD sehingga para siswa dapat lebih efektif dalam menerima pelajaran.

Sebanyak 11 ruang kelas belajar (RKB) di sekolah ini dilengkapi (terpasang) alat control  berupa kamera CCTV untuk memantau sekaligus mengawasi jalannya proses belajar mengajar. Alat ini juga kemudian digunakan sebagai bahan masukan terhadap pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pengajar (guru).

Para tamu yang berkunjung ke sekolah ini juga tidak lepas dari pengawasan pihak sekolah, untuk itu di pintu gerbang juga dipasangi kamera CCTV, selain tujuan itu kamera ini juga bertujuan mengontrol kemungkinan masuknya pihak luar sekolah yang tidak berkepentingan atau berpeluang mengganggu terlaksananya proses pembelajaran di sekolah ini.

Pantauan beberapa waktu lalu sebanyak kurang lebih 200 siswa terdaftar di SMA Kristen Barana ini dengan tenaga pengajar kurang lebih 45 orang termasuk tenaga honorer. Untuk kecakapan dalam percakapan bahasa Inggris, sekolah ini menghadirkan seorang guru yang merupakan pembicara asli (Native Speaker) dari negeri Paman Sam (Amerika).

Kepala sekolah SMA Kristen barana Yusuf Pangsibidang, Ssi, Mpd menyatakan, sejumlah prestasi juga telah diraih oleh sekolah ini, antara lain di bidang non akademik berhasil meraih juara umum II tingkat regional pada cabang olah raga Tae Kwon Do tahun 2010. 

Sedangkan di bidang akademik, sekolah ini berhasil meraih juara satu piala bergilir dalam lomba matematika dan sebagai juara pavorit pada lomba bahasa Inggris (conversation) di Jakarta. Sekalipun bertaraf internasional tenaga pengajar yang kurang lebih 30% bergelar master di sekolah ini tidak melupakan akar budaya dan kearifan lokal dalam mendidik siswanya.

toraja culture

10 more uniqueness of trend owned by Toraja tribe of south sulawesi



If talking Toraja may not be endless. District which is 350 km from the city of Makassar has become a tourist prey from various countries because of its cultural uniqueness. The area that has now expanded into 2 districts of Tana Toraja and North Toraja has become one of the tourism destinations that continue to be encouraged and supported by the Minister of Tourism to return to become the second tourist destination in Indonesia after Bali. Tourism Tana Toraja had reached its heyday before the Bali bombing event, Toraja at that time became the second largest area visited by foreign tourists after Bali. Nothing wrong if there is a slogan that reads "Do not Die Before to Toraja" because there are many things in Toraja that you probably will not find elsewhere in Indonesia even in this world than in Toraja. Here are some unique things that only exist in Toraja.

1. CEREMONY OF RAMBU SOLO "
Through the Rambu Solo ceremony 'you can see that the Toraja people are very respectful of their ancestors. This funeral procession consists of several arrangements of events, where in each event you can see the values of culture that until now still maintained by the people of Toraja.

Prosesi Acara Rambu Solo' di Toraja

Upacara Rambu Solo yang Menghabiskan Biaya Sampai Miliaran Rupiah

2. VARIOUS KINDS OF KUBURAN
Maybe you are one of the readers who wonder, why some attractions in Toraja is actually presenting a tourist attraction that seemed a bit creepy, instead of showing off the beauty of nature. However, so it is and in fact, the unique grave in Toraja is actually a special attraction for foreign tourists and local tourists. Graves in Toraja vary there are hanging graves, stone graves, cemetery graves, and tree graves. Each grave is quite unique because each of these graves has its own story. For example, like a baby who died and have not grown teeth, it will be buried in the Tree Tarra with the intention that the baby can drink tree sap instead of breast milk. Read more in 5 Kinds of Unique Tombs in Toraja.
Kuburan Gantung
Kuburan Pohon di Kambira, Sangalla'
Kuburan Batu "Liang" di Lo'ko Mata

3. ADU KERBAU "MA'PASILAGA TEDONG"
Ma 'Pasilaga Tedong or Tedong Silaga is no longer a strange thing for some people who have visited Toraja. Ma 'pasilaga tedong or Adu Kerbau is a tradition in Toraja since the ancestors are preserved as one part of the' solo sign '. There is nothing wrong if the tedong silaga can be regarded as one of the attractions Toraja because it is one of the most festive and interesting event to be witnessed directly. In addition to presenting keseruannnya tedong silaga store unique uniqueness of the unique unique name of the buffalo
Ma' pasilaga Tedong

4. HOW TO BUY BUFFAL "MA 'TINGGORO TEDONG"
This is a tradition that can be called an adrenaline test because some people do not dare to witness this event directly for fear or may not bear to see the buffalo, but for the Toraja this is a tradition and has become commonplace for them. Perhaps you could say that this ma'tinggoro event is the cause of Toraja Parang is known until outside Toraja because of its sharpness, just one time slash to kill a buffalo.

Ma' tinggoro Tedong
5. HOUSE ADDRESS "TONGKONAN"
Tongkonan is a traditional home of Toraja people. Made of wood piles decorated with red, black, white and yellow carvings. The word "tongkonan" is derived from the Toraja language which means tongkon "sit" .Tongkonan is the center of social life of Toraja tribe. The rituals associated with this traditional house are very important in the spiritual life of the Toraja people. Therefore, all family members are required to participate because they extend their relationship with their ancestors. There are several different types of tongkonan houses to fit the function in society.


Rumah Tongkonan di Ke'te Kesu

6. CEREMONY GENERAL REPLACEMENT REGISTER "MA 'NENE"
In Toraja there is a ritual or custom in the funeral procession quite unique and may seem creepy. Bodies that have been buried for years on a tall cliff, a stone grave, or a patani cemetery will be re-enlivened by changing clothes and dressing like a living person. Currently the ma'nene event that we can see ditoraja no longer walking corpses like that happened in antiquity but currently only limited to changing the body / mummy then make the corpse like a person walking.


Prosesi Acara Ma' Nene'

7. ADU KAKI "SISEMBA"
This is one of the cultural attractions of Toraja that may not exist in other areas. This event is very interesting to watch because this attraction is more similar to tauran but sisemba this only use leg strength. The sisemba event is held after the harvest as an expression of gratitude for the harvest. This event is usually done by involving tens to hundreds of people but still with a sense of kinship so there is no sense of resentment among participants.


Atraksi Sisemba di Kande Api
8. NATURAL VIEWS
Toraja is not only famous for its culture and traditions but Toraja is also famous for its nature. Have you ever heard of an area called Batutumonga? This is one of the best natural tourism options that Indonesia has.
Visiting Tana Toraja in South Sulawesi, you can go directly to Batutumonga. One choice of natural tourist destinations that unfortunately if you miss people often call it "The Land Above the Cloud". Batutumonga is a village that has a cool air besides your eyes will be spoiled with beautiful rice field terraces that will be more beautiful when it coincides with yellow rice farmers. The rows of tongkonans and the granaries that stand firmly will be the scenery that adorns your journey and at certain points you will see dozens of tongkonan houses are arranged so beautifully.

Eksotisme Pemandangan Rumah Tongkonan dan Tebing Batu
Negeri di atas awan di Batutumonga


9. TORAJA COFFEE
Can not be denied that Toraja coffee is now famous in the international world. This unique flavored coffee comes from the Toraja mountains already very popular in other countries such as Japan which is now the largest importer of coffee from Toraja. "Remember Coffee .. Remember Toraja .. more delicious to drink Toraja coffee on Toraja earth" a slogan that is now used by the government to promote Toraja coffee. Enjoy a glass of Toraja coffee when visiting Toraja to complement your visit.


Kopi Toraja dan Kue Tori'

10. TORAJA WOVEN
Woven fabric Toraja is one of the ancestral heritage that is still on guard sustainability to this day. Toraja woven fabric has a very high position in Toraja culture. Woven cloth plays an important role in various traditional ceremonies, also serves as a symbol of prosperity and glory. In the past only certain people were able to own such fabrics such as the nobility or economically capable societies.

Berbagai Motif Tenun Toraja

  *****
Thus some of the unique things that exist in Toraja and many more uniqueness-uniqueness Torajayang may not be found elsewhere. Do not ever hesitate to put Toraja into your tourist agenda because Toraja will be a moment you will never forget. You need not hesitate because Toraja is known for its tolerance and friendliness of its people.
"Do not Die Before to Toraja" a phrase that comes out of the mouths of amazement with Toraja and will make you wonder what's wrong with Toraja ??? The land of the living dead?

faktor penyebaba suatu konflik

Pepatah ada asap tentu ada api adalah sebuah pepatah yang berlaku universal sebagai konsekuensi dari hubungan timbal balik atau sebab akibat...